Mungkin kita akan dibuat bingung dan bertanya-tanya ketika membaca judul buku ini. Memang untuk bersikap bodo amat ada seninya? Memang untuk bersikap bodo amat itu harus berseni ya? Apa sih yang dimaksud Mark Manson dalam bukunya ini? Bicara tentang penulis, Mark Manson memulai karir di dunia digital sebagai seorang blogger sejak tahun 2009. New Yorker ini mendulang sukses dengan blog-nya yang telah dikunjungi sekitar dua juta orang setiap bulan. Mark kembali mencuri perhatian publik saat buku The Subtle Art of Not Giving a F^ck terbit dan masuk dalam daftar buku best seller The New York Times dan Washington Post. Belum lama ini, akhirnya buku terjemahan dalam Bahasa Indonesia diterbitkan dengan judul Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat. Lalu, apa hubungannya seni dengan bersikap bodo amat? Bukan untuk menyuruh para pembaca sepenuhnya masa bodoh terhadap segala sesuatu. Justru, Mark ingin membuka pikiran kita bahwa ada hal-hal penting yang dirasa tidak perlu dipersoalkan dalam hidup. Dalam buku bersampul orange ini, Mark akan membantu kita untuk lebih cuek pada hal-hal yang kurang penting melalui tiga seni. Kunci dari seni pertama adalah masa bodoh terhadap segala halangan dan perjuangan dalam mencapai sesuatu yang kita inginkan. Seharusnya kita hadapi dan nikmati saja karena dalam mengejar suatu pencapaian, pasti ada saja rintangan yang muncul. Seni kedua, temukan hal-hal penting dan berarti untuk diprioritaskan sehingga kamu bisa lebih mudah untuk masa bodoh pada hal-hal sepele. Adapun seni ketiga mempertegas seni sebelumnya, yakni kita mulai dapat memilah mana yang lebih penting saat beranjak dewasa. Walaupun hal penting itu tampaknya sederhana, tetapi kita bisa tetap bahagia dengan kesederhanaan itu. Baca juga 10 Buku Self Improvement Best Seller Tahun 2021 Mark Manson menuangkan gagasan dan argumentasinya dengan lugas dan terstruktur. Tidak lupa dipertegas dengan cerita-cerita tentang pengalaman hidupnya. Mark juga menambahkan sejumlah kisah nyata dari beberapa tokoh yang barangkali belum pernah didengar, seperti Charles Bukowski, Dave Mustaine, dan William James. Berbagai analogi yang disajikan Mark pun mungkin akan membuat para pembaca berkata dalam hati, “Iya juga ya!”. “This book will not teach you how to gain or achieve, but rather to lose and let go. It will teach you to take inventory of your life and scrub out all but the most important items. It will teach you to close your eyes and trust that you can fall backwards and still be okay”. In a nutshell, buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat sangat cocok untuk kamu yang sedang mencari makna hidup atau yang merasa sedang berada dalam titik terendah kehidupan. Buku self improvement ini sekiranya dapat menyegarkan pandangan kita terhadap segala sesuatu yang lalu-lalang dalam kehidupan. It's just so inspiring! Beli Sekarang! Yuk, segera dapatkan bukunya di Jangan lewatkan juga untuk semua diskon dan promo spesial yang sedang berlangsung di Kamu bisa cek semua promonya di bawah ini. Temukan Semua Promo Spesial di Sini!
5 Harus bisa menolak godaan yang datang menghampiri. Penolakan di sini berarti kita harus bisa mengendalikan diri kita ke arah yang lebih baik. Jangan mudah terbawa arus kehidupan yang berisi hedonisme dan konsumerisme. Yang bergantung pada kita adalah nilai-nilai yang sudah kita seleksi dalam pengalaman kehidupan.
Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat, buku ini pertama kali saya lihat di akun instagram yang saya ikuti, dan saat itu pula saya mulai jatuh hati dengan buku yang bersampul orange tersebut, akhirnya saya memutuskan untuk membelinya. Mungkin kita akan bertanya bagaimana seni untuk bersikap bodo amat? Atau sedikit sinis dan berkata masa bersikap bodoh amat saja harus pakek seni!, mungkin juga kita akan berkata ada-ada saja, secara alamaiah bersikap bodo amat memang tidak perlu pake seni, dan semua orang bisa melakukannya, tapi bagaimana seni dalam bersikap bodo amat menurut mark manson? Ya memang sedikit unik, dan pasti akan diluar ekspektasi kita semua. Berikut adalah resensi buku Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat Mark Manson adalah seorang penulis blog yang sukses meraih dua juta pengunjung setiap bulannya, penulis mulai aktif sebagai blogger sejak tahun 2009. Kesuksesannya ini berlanjut dengan diterbitkannya buku yang berjudul The Subtle Art of Not Giving a F*ck yang menjadi buku best seller, dan akhirnya disadur kedalam bahasa indonesia yang diterbitkan oleh Gramedia dengan judul Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat. Sampai saat ini buku ini telah dicetak ulang sampai cetakan yang ke-20 dua puluh. Sebuah seni untuk bersikap bodo amat, bukan berarti buku ini mengajak para pembaca untuk bersikap demikian, namun sebaliknya Mark Manson memberitahu kita persoalan apa yang betul-betul perlu dipikirkan dan masalah apa yang hanya perlu disikapi dengan rasa bodoh amat, oleh sebab itu diperlukan sebuah seni untuk cuek terhadap hal-hal yang tidak penting tersebut. Baca Juga Resensi Buku Islam dan Sosialisme HOS Tjokro Aminoto Manusia tidak akan pernah bisa hidup sendiri, oleh sebab itu terdapat banyak sekali interaksi yang akan kita lakukan dengan orang-orang yang berkaitan dengan kehidupan kita, baik orang yang kita kenal atau orang yang bahkan tidak kita kenal mereka akan memiliki pandangan tersendiri terhadap suatu hal, perbedaan-perbedaan tersebut akan memicu munculnya banyak persoalan, dan jika kita terlalu banyak memperhatikan setiap hal dan setiap orang tanpa adanya pertimbangan yang matang tentu akan membuat kita semakin kacau. Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat Buku Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat [Sumber Gambar diolah dari Buku ini memberi kita seni dan pendekatan yang waras untuk menjalani hidup yang lebih baik dengan tiga seni bersikap bodo amat pertama, masa bodo bukan beranti acuh tak acuh, merasa bodo amat berarti hanya peduli pada tujuan yang hendak kita capai dan bersikap acuh tak acuh pada halangan dan rintangan yang mungkin akan dihadapi, dan selanjutnya menikmati setiap permasalahan itu, karena setiap tujuan besar pasti aka nada cobaan dan rintangan yang siap menghadang. Seni kedua, yaitu memperjelas hal-hal penting untuk diperioritaskan sehingga kita bisa bersikap bodo amat pada hal-hal yang dirasa sangat sepele. Dan seni ketiga adalah, menyederhanakan perhatian kita pada saat mulai dewasa, melupakan hal-hal yang kurang berarti untuk kehidupan, dan mulai hal-hal penting untuk diperhatikan, karena disadari atau tidak, kita akan memperhatikan terlalu banyak hal mulai dari warna kulit, model pakaian, persepsi orang, dan sebagainya membuat hidup kita kurang nyaman, oleh sebab itu diperlukan penyederhanaan pada hal-hal penting yang memang perlu kita perhatikan. Walaupun terlihat sederhana, ini dapat membuat kita tetap bahagia. Baca Juga Guru Goblok Ketemu Murid Goblok Mark manson mengulas sesuatu yang menurut saya sangat menarik, dimana dia mencontohkan jika kita selalu mengejar kekayaan, hal itu akan membuat kita tidak akan pernah kaya. Sepintas kalimat ini terasa tidak masuk akal, bagaina bisa orang yang terus mencari kekayaan disebut sebagai orang yang tidak akan pernah kaya? Namun jika kita cerna lebih jauh lagi, ternyata yang dikatan mark manson sepenuhnya benar, karena orang yang tidak pernah mensyukuri apa yang telah dimiki tidak akan mungkin bisa merasa puas, dan hal ini akan membuat kita tetap menjadi orang miskin, dalam arti yang sesungguhnya. Buku ini akan menampar kita dengan ungkapan-ungkapan diluar persepsi orang pada umumnya, seperti ketika banyak orang banyak menanyakan “apa yang ingin kita raih dimasa depan?” mark manson justru bertanya tentang “rasa sakit apa yang ingin kita hadapi dalam hidup!”, menurutnya hal ini penting untuk menentukan bagaimana kita dimasa depan. Hal ini dipertegas dengan pemisalan dimana banyak orang menginginkan berada dalam puncak karier, namun sedikit sekali orang yang sadar tentang bagaimana rasa sakit, dan penderitaan yang dialami orang tersebut, lembur, bos yang menjengkelkan, tugas yang terlalu banyak, sulitnya mencari modal untuk usaha mandiri, dan lain-lain. Review Buku Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat Mark Manson menguraikan gagasan dan argumennya dengan jelas, dan diperkaya dengan cerita-cerita yang telah di alami sebelumnya dalam hidupnya, ditambah dengan beberapa kisah para tokoh yang barang kali akan membuat kita tercerahkan dan baru merasa “engeh” dengan fakta-fakta yang sebenarnya telah kita lihat sebelumnya. Buku ini akan membantu kita melihat suatu persoalan dari sudut pandang yang berbeda. Kelemahan dari buku ini adalah terdapat kalimat yang tidak seharusnya disampaikan dengan lugas, sehingga buku ini lebih baik dibaca oleh kalangan "17+", selain itu karena buku ini adalah buku terjemahan makan akan kita temukan beberapa kalimat yang kadang sedikit mengganjal, dan latar belakang kebudayaan yang berbeda membuat kita kadang tidak mengerti dengan ungkapan-ungkapan, atau peribahasa yang disampaikan dalam buku ini. Baca Juga Skill yang Harus Dimiliki Dimasa Depan Sebagaimana yang diungkapkan mark manson, buku ini tidak akan mengajari kita tentang bagaimana mencapai suatu tujuan, tetapi lebih kepada cara bagaimana bersikap lapang dada, iklas dan fokus pada hal-hal yang dianggap pengting bagi kehidupan kita. Buku ini cocok untuk kita yang baru menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi/SMK yang sedang menncari pekerjaan, atau orang-orang yang telah lelah berusaha membangun suatu usaha, dan siapa saja yang tertarik untuk bersikap bodo amat… Buku ini dapat dibeli dengan online ebook di Gramedia seharga Judul Asli The Subtle Art Of Not Giving F*ck Judul Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat Pendekatan Yang Waras Demi Menjalani Hidup YangBaik Penulis Mark Manson Penerjemah F. Wicaksono Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia Cetakan ke-20 Tahun Terbit 2019 Tempat Terbit Jakarta ISBN 978-602-452-698-6 Tebal 246 hlm + VII + 2 cover Harga Rp
Buku'Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat' merupakan alih bahasa dari 'The Subtle Art Of Not Giving F*ck', karya pertama dari Mark Manson pada tahu 2016. Sementara di Indonesia sampai bulan ini sudah mencapai cetakan yang ke-19, dan buku ini baru terbit pada bulan Februari 2018. Pada Intinya, buku 'Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat
IDENTITAS BUKU Judul Buku Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat Penulis Buku Mark Manson Penerjemah F. Wicaksono Penerbit Buku PT. Gramedia Widiasarana Indonesia Tahun Terbit 2018 Tebal Halaman 246 Halaman Harga Buku Rp. ISI BUKU Buku karya Mark Manson ini memberikan perspektif yang baru bagaimana kita bersikap terhadap hidup kita, bagaimana kita memilih mana yang perlu dipedulikan dan mana yang perlu untuk bersikap bodo amat. Mark Mason memulai sebuah prinsip hidup yaitu bersikap bodo amat terhadap hal-hal yang tidak terlalu penting di kehidupan kita tapi faktanya dalam kehidupan banyak orang. Hal seperti inilah yang justru mengambil sebagian besar perhatiannya dan kemudian membuat mereka untuk menyesali banyak hal dalam kehidupan seperti tekanan, cobaan hidup, penderitaan dan ini membuat hidup kita menjadi tidak efektif bahkan tidak Bahagia. Ide dasar Buku ini adalah kita perlu memiliki kesadaran diri tentang kematian, karena kesadaran seperti ini akan membuat kita memiliki sebuah nilai yang kita rasakan jauh lebih besar dari pada tatanan hidup yang kita dapatkan. karena mereka terbuka terhadap masukan-masukan. Dalam buku ini Mark Manson membagi 9 sembilan sub bab, adapaun sub bab sebagai berikut Bab 1 Jangan Berusaha Bab 2 Kebahagiaan itu Masalah Bab 3 Anda tidak istimewa Bab 4 Nilai Penderitaan Bab 5 Anda selalu memilih Bab 6 Anda keliru tentang semua hal, tapi, sayapun befitu Bab 7 Kegagalan adalah Jalan untuk Maju Bab 8 Pentingnya Berkat Tidak Bab 9 …Dan Kemudian Anda Mati Mark Manson, blogger yang punya berjuta-juta pembaca mengawali bukunya dengan kisah hidup Charles Bukowsky, seorang penulis novel dan ratusan puisi yang popularitasnya melampaui harapan setiap orang terutama ekspetasinya sendiri. Disebutkan, Bukowski dengan kemampuan sederhananya untuk jujur, tidak pernah mencoba untuk menjadi selain dirinya sendiri dengan mengakui hal-hal buruk sekalipun dan membagikannya tanpa segan dan ragu. Karyanya yang pada awalnya dicap menjijikkan, sangat hancur, tidak bermoral, ternyata berhasil jadi pemenang karena Bukowsky merasa “nyaman” dengan cerminan dirinya yang dianggap sebuah kegagalan dan merasa masa bodoh dengan kesuksesan. Dengan berslogan “Jangan Berusaha”, Bukowsky tidak mengubah diri jadi seperti yang diinginkan orang melainkan jadi dirinya sendiri hingga menang. Manson menyikapi kisah ini dengan sebuah pernyataan bahwa kunci kehidupan yang baik memang bukan tentang memedulikan lebih banyak hal tapi tentang memedulikan hal sederhana, hanya peduli tentang apa yang benar, mendesak, dan penting saja. Mengapa? Karena ketika kita kurang memedulikan sesuatu kita justru mengerjakan hal itu dengan baik. Dengan kata lain bersikap bodo amat sesungguhnya akan menghasilkan hal yang besar yang membuat kita memandang tanpa gentar tantangan yang paling menakutkan dan sulit dalam kehidupan dan mau mengambil suatu tindakan. Kemudian, bodo amat ini lebih jauh oleh Manson dijabarkan dalam 3 buah seni 1. Masa bodoh bukan berarti menjadi acuh tak acuh, masa bodoh berarti nyaman saat menjadi berbeda dan menikmatinya hingga sampai ke tujuan kita. 2. Untuk bisa mengatakan bodo amat pada kesulitan, pertama kita harus peduli terhadap sesuatu yang jauh lebih penting dari kesulitan itu. Jadi, pada hal sepele katakan bye-bye! 3. Entah kita sadari atau tidak, kita biasanya memilih suatu hal untuk diperhatikan dan ini akan terus membaik mengikuti tingkat kedewasaan. Kebahagiaan Itu Masalah Manson menyebutkan bahwa kebahagiaan datang dari keberhasilan untuk memecahkan masalah. Yang mana kadangkala masalah ini sederhana saja dan konsepnya sama selesaikan masalah lalu berbahagialah! Tapi, ternyata beberapa dari kita menyikapi tak sesederhana ini. Karena kita biasanya Menyangkalnya mengingkari kenyataan sehingga menuntun ke kerapuhan dan pengekangan mentalitas sebagai korban memilih meyakini bahwa tidak ada yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah ini padahal bisa jadi kita mampu menghadapi, sehingga menggiring kita pada ketidakberdayaan dan keputusasaan. Kebahagiaan yang dikatakan Manson yang tumbuh dari masalah inilah yang membutuhkan perjuangan yang akan menentukan kesuksesan di masa depan. Kita Tidak Istimewa Manson kemudian menyadarkan pembacanya, bahwa sejatinya tidak ada dari kita yang istimewa. Karena pada kenyataannya menanamkan keyakinan pada orang bahwa mereka istimewa tidak lantas menjadikan satu populasi penuh dengan orang macam Bill Gates atau Martin Luther King, misalnya. Tapi justru bisa menciptakan tampilan kepercayaan diri di level delusional. Dan meyakinkan diri sebagai makhluk spesial adalah strategi yang gagal. Lantaran hanya akan membuat kita tinggi hati dan bukan merasa happy. Pasalnya, pengukuran yang benar tentang penghargaan diri itu bukanlah jika seseorang merasakan pengalaman positifnya tapi justru pengalaman negatifnya. Dan kemalangan serta kegagalan sungguh berguna dan bahkan diperlukan untuk membangun seseorang menjadi orang dewasa yang tangguh dan sukses nantinya. Jadi, meski terdengar membosankan dan biasa saja, menurut Manson mengapresiasi pengalaman sederhana dalam hidup dan penerimaan terhadap eksistensi diri yang sedang-sedang saja, akan membebaskan kita untuk menuntaskan apa yang sungguh ingin kita selesaikan tanpa penilaian atau ekspetasi yang berlebihan. Nilai Penderitaan Manson menjabarkan tentang self improvement yang sesungguhnya adalah dengan memprioritaskan dan memilih nilai-nilai yang lebih baik untuk dipedulikan. Lantaran, ketika kita peduli pada hal yang lebih baik maka kita akan mendapatkan masalah yang lebih baik sehingga hidup yang kita jalani akan jadi lebih baik lagi. Kita Selalu Memilih Dalam buku setebal 243 halaman dan bersampul warna orange ini, Manson juga mengingatkan bahwa sebagai bagian dari hidup dalam sebuah masyarakat yang demokratis dan bebas maka kita semua mesti berhadapan dengan berbagai pandangan termasuk orang yang berseberangan dengan kita. Kita kemudian disarankan untuk memilih pertempuran dengan hati-hati sambil terus mencoba sedikit berempati terhadap mereka yang kita sebut “lawan”. Juga, sebaiknya mendahulukan nilai kejujuran dan keterbukaan serta menerima keraguan yang muncul atas nilai merasa paling benar. Kamu Keliru …dan Saya pun Begitu Manson menggarisbawahi lagi hukum kebalikan, semakin kita menerima ketidakpastian dan ketidaktahuan akan sesuatu, kita akan merasa nyaman karena tahu persis yang kita tahu. Manusia yang yakin dirinya mengetahui semua tidak akan mempelajari sesuatu pun. Demikian juga keterbukaan untuk mengakui kesalahan harus ada terlebih dahulu jika kita menginginkan perubahan atau pertumbuhan. Sehingga sebelum kita mencermati nila-nilai dan prioritas dan kemudian mengubahnya jadi lebih baik, pertama kita harus meragukannya lalu mengakuinya. Dan sebaiknya kita mendefinisikan ulang ukuran kita dengan cara yang biasa saja, jangan jadi unik juga istimewa. Pilih identitas yang biasa saja, misalnya seorang ibu, suami, rekan kerja, teman, atau penikmat makanan. Kegagalan adalah Jalan untuk Maju Prinsip “lakukan sesuatu” menjadikan kegagalan tidaklah penting lagi. Ketika standar kesuksesan hanya “melakukan sesuatu” kita akan mendorong diri untuk lebih maju lagi. Kita merasa bebas untuk gagal dan kegagalan inilah yang menggerakkan kita ke menelaah hal ini dan memberikan kesimpulan bahwa kita adalah sumber inspirasi bagi diri kita sendiri. Kita bisa melakukan apa saja untuk menginspirasi motivasi agar tetap ada bersemayam di diri. Pentingnya Berkata Tidak Manson mengedepankan perlunya berkata tidak untuk menolak sesuatu agar kita tidak kehilangan alasan untuk bertahan. Karena menghindari penolakan akan memberikan kenikmatan sesaat yang membuat kita tanpa kemudi dan tanpa arah jangka panjang. Jadi untuk mengapresiasi sesuatu kita harus membatasi diri sendiri. …dan Kemudian Kita Tiada Tanpa kita sadari kepongahan seringkali melucuti perasaan ke-Tuhan-an kita dan menarik semua perhatian ke dalamnya, membuat kita merasa seakan-akan kitalah pusat dari semua masalah yang ada di alam semesta. Bahwa kita mengalami ketidakadilan dan bahwa kita berhak mendapatkan yang paling besar dari pada orang lain hingga kita…. tiada lagi di dunia. Finally…. Mark Manson yang menuliskan argumentasinya dengan jujur, apa adanya, lugas tapi terstruktur ini membuat kita menyadari diri bahwa kita tak sempurna dan ada batasan yang seharusnya bisa kita terima. Dan, sebaiknya kita menerima itu semua, mengakrabinya, berhenti untuk lari dan mulai menemukan nyali dan rasa percaya diri hingga terwujud apa yang kita cari. Hiduplah dengan apa adanya tanpa perlu terlalu peduli pada hal yang seharusnya tak perlu dipedulikan. Karena berprinsip bodo amat itu sesungguhnya menyenangkan dan bermanfaat. Jadi terkait dengan ini, seberapa kerasnya nyinyiran dan cibiran hendaknya saya pakai hukum kebalikan. Bahwa, saya sendirilah yang menganggap itu negatif. Saya keburu menilai itu buruk. Padahal justru komentar-komentar itu akan menjadikan saya menjadi lebih baik dari hari ke hari dan terus melangkah maju. OLEH ROBY ROSIHAN RAMAZETTY,
. 314 308 337 98 255 346 258 350
unsur intrinsik novel sebuah seni untuk bersikap bodo amat