PedangRaksasa Citatah Gunung Manik Bandung BaratMisteri Asal Mula Tertancapnya Pedang Raksasa Di Gunung Manik Bandung Barat#pedangraksasa #ceritarakyat @de
- Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Banten yang ibu kotanya juga bernama Pandeglang. Pandeglang ini merupakan kabupaten paling barat yang ada di Pulau Jawa. Luas wilayah Kabupaten Pandeglang mencapai kilometer persegi, yang mencakup beberapa pulau kecil di Samudera kecil itu adalah Pulau Panaitan, Pulau Deli, dan Pulau Tinjil. Selain itu, kabupaten ini juga memiliki Taman Nasional Ujung Kulon. Pandeglang merupakan kabupaten yang memiliki beberapa gunung dan sungai, seperti Gunung Karang, Gunung Pulosari, dan Gunung sungai yang ada di Pandeglang yaitu Sungai Ciliman yang mengalir ke arah barat dan Sungai Cibaliung yang mengalir ke selatan. Sejarah Kabupaten Pandeglang Pemerintahan di Pandeglang sudah ada sejak tahun 1828. Saat itu, berdasarkan Staatsblad Belanda, Pandeglang merupakan bagian dari Kabupaten Serang. Dalam aturan tersebut, Kabupaten Serang memiliki 11 kawedanan, salah satunya Kawedanan Pandeglang. Kawedanan Pandeglang ini terdiri dari dua wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Pandeglang dan Kecamatan Cadasari. Kemudian bentuk pemerintahan ini diubah melalui Staatsblad Nomor 73 Tahun 1874. Dalam aturan baru ini, Pandeglang resmi berstatus kabupaten.
TariPedang Mualang ini adalah tarian khas dari Kalimantan Barat yang menggunakan pedang sebagai properti dalam tariannya. Dalam pementasannya, tarian ini memperlihatkan keterampilan memainkan pedang dari penari mulai dari menyerang, menangkis dan mengayunkan pedang dengan gaya sedemikan rupa sehingga gerakannya terlihat begitu sangat atraktif.
Penulis Muhamad Seftia Permana Vjay Teringat agenda komunitas Jelajah Gunung Bandung beberapa waktu lalu “Nyusur Gunung Padalarang”. Kegiatan ini dimulai pada jam 9 pagi dan berakhir pada waktu selepas Magrib. Perjalanan dimulai dengan terlebih dahulu mengunjungi Gunung Bakung, kemudian dilanjut ke Gunung Puter, Gunung Pasir Lampegan, Gunung Pancalikan, Gunung Halimun dan diakhiri dengan mengunjungi Gunung/Tebing Hawu. Gunung-gunung Kapur yang terbentang dari Padalarang hingga Rajamandala merupakan jejak peradaban yang memiliki kemungkinan puluhan atau ratusan tahun ke depan hanya tinggal menyisakan cerita. Mengingat, di kawasan yang berdebu itu banyak aktifitas tambang yang tentunya beroireintasi komersil. Meski hal ini bertolak belakang dengan peraturan perundang-undangan, namun, tuntutan ekonomi, menjadi pembenaran atas aktifitas tambang yang terjadi. Di luar sekelumit persoalan terkait Tambang vs Aturan, sebenarnya Gunung Kapur yang terbentuk selama Jutaan tahun ini, bisa menjadi salah satu area terpadu yang diperuntukkan bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Mulai dari sisi Sejarah, Budaya, Ilmu Batuan, Lanskap Pariwisata, dan ilmu lainnya yang menyangkut kebumian. - Advertisement -Yang menarik untuk didiskusikan di Gunung Padalarang ini, Bukan hanya tentang jejak laut yang kini berupa Gunung-gunung kapur saja, ada hal lain yang perlu diketahui dan juga menjadi sumber pengetahuan bagi kita semua, yaitu, di antara bentangan gunung-gunung kapur itu, terdapat beberapa gunung yang memiliki karakter yang berbeda, seperti Gunung Halimun yang berada di sebelah barat Gunung Pancalikan. Untuk posisi kaki Gunung Halimun masih relatif sama dengan yang lain, tanah keras dan batu menjadi pijakan kaki, yang membedakan adalah ketika menjelang puncak, hutan yang masih asri, banyak ditumbuhi pohon-pohon seperti gunung lain yang memang memiliki vegetasi hutan yang lebat. Dari kejauhan pun, perbedaan ini cukup terlihat kontras di antara Gunung kapur yang membentang. Perbedaan lainnya, persis di puncak Gunung Halimun yang memanjang ini, terdapat makam atau tempat ziarah. Dari lima makam yang berada di puncak sebelah Barat, hanya terdapat dua makam yang bernama beridentitas, yaitu, Makam Eyang Pager Barang Gn. Halimun dan Eyang Kian Santang Gunung Halimun. Hal lain yang membedakan tempat ini adalah lingkungan yang terawat, benar-benar terawat dengan baik sampai-sampai di sepanjang puncak yang lumayan rimbun itu, terdapat jalan memanjang dilengkapi dengan tanaman-tanaman kecil yang warna-warni menjadi batas pinggir jalan yang memanjang mengikuti jalan tanah, mirip seperti di negeri dongeng, sangat cantik. Tanpa adanya kuncen atau juru kunci dan keterangan informasi dari cerita dan bukti sejarah, sangat sulit bagi kami untuk tahu apa seperti apa keberadaan makam yang berada di Gunung Halimun tersebut, mengingat, di sekitar makam sangat minim papan informasi. Banyak jejak di sini, tinggal kita menggali bukti-bukti sejarah dan informasi lain, lalu dikumpulkan untuk kemudian kita bahas dan diskusikan untuk pengembangan wawasan kita semua.[] - Advertisement -
Halini menunjukkan bahwa Dewi Anjani adalah jin baik-baik. Yang menarik juga, jin yang ada di Gunung Rinjani disebutkan sebagai jin Islam. Hal ini berhubungan dengan silsilah Dewi Anjani sebagai anak penyebar agama Islam di Lombok, yaitu Gaoz Abdul Razak.Hal itu berkaitan dengan beberapa kisah lisan yang disampaikan oleh masyarakat setempat, (para pendaki gunung) menjumpai mata air zam zam dan kabah di Gunung Rinjani.
- Kabupaten Magetan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang terkenal dengan Telaga Sarangan-nya. Kabupaten Magetan ini berada di kaki Gunung Lawu sehingga mendapat julukan Kota Kaki Gunung. Secara geografis, Magetan berbatasan dengan Ngawi di utara, Madiun di timur, Ponorogo dan Wonogiri di selatan, dan Karanganyar di juga Telaga Sarangan Magetan Asal-usul, Rute Menuju Lokasi, dan Harga Tiket Luas wilayah Kabupaten Magetan mencapai 688,85 kilometer persegi, dengan dihuni oleh jiwa berdasarkan data tahun 2020. Secara pemerintahan, Kabupaten Magetan memiliki 18 kecamatan dengan 235 desa atau dan Asal-usul Magetan Sejarah Kabupaten Magetan dimulai sejak masa kejayaan Kerajaan Mataram Islam. Sebelum berbentuk kabupaten, Magetan disebut sebagai daerah mancanegara Kerajaan Mataram Islam. Namun daerah Magetan sendiri sebenarnya sudah dihuni sejak masa Kerajaan Kediri. Hal itu dapat dibuktikan dengan penemuan artefak dan sisa-sisa peribadatan umat Hindu berupa candi dan petirtaan. Tak hanya itu, Magetan sudah dihuni manusia sejak abad ke-12 juga dibuktikan dengan adanya prasasti menggunakan aksara Kawi dengan ciri penulisan kawi kwadrat yang identik dengan masa Kerajaan Kediri. Baca juga Sejarah dan Asal-usul Tulungagung, Kabupaten Penghasil Marmer yang Berjuluk Seribu Warung Kopi
Gunungsetinggi 1403 mdpl ini cukup ramah hampir semua pendaki. Mereka yang sudah senior, apalagi pemula, dijamin takkan kesulitan menaklukkan Bendera Padalarang. Tak perlu peralatan khusus, cukup pastikan fisik dan stamina dalam kondisi prima. Estimasi pendakian juga singkat, kurang lebih satu jam dari basecamp hingga puncak.
- Legenda Rawa Pening merupakan legenda yang berasal dari Provinsi Jawa Tengah. Rawa Pening merupakan danau alami yang memiliki luas ini berada di empat wilayah kecamatan di Kabupaten Semarang, yaitu Kecamatan Bawen, Kecamatan Ambarawa, Kecamatan Tuntang, dan Kecamatan Banyubiru. Danau terletak di cekungan antara Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo, dan Gunung Ungaran. Danau menjadi obyek wisata dan tempat memancing ikan menggunakan Legenda Rawa Pening Legenda Rawa Pening berawal dari sebuah desa yang bernama Desa Ngasem, terletak di kaki Gunung Telomoyo. Baca juga Rute ke Gunung Gajah Telomoyo, Salah Satu Spot Melihat Rawa Pening Desa tersebut dipimpin oleh kepala desa yang arif dan bijaksana yang bernama Ki Sela Gondang. Ia memiliki seorang putri berparas cantik yang bernama Endang Sawitri. Pada suatu hari, desa membutuhkan tolak bala berupa pusaka sakti sebagai syarat agar penyelenggaraan acara merti desa dapat berjalan lancar. Lalu, Endang Sawitri diutus untuk meminjam pusaka sakti milik Ki Hajar Salokantara, sahabat Ki Sela Gondang. Ki Hajar Salokantara memberikan pesan kepada Endang Sawitri supaya ia tidak meletakkan pusaka di atas pangkuannya.
Seiringberjalannya cerita, pedang itu telah diambil oleh seorang malaikat dan dibawa ke Charlemagne, yang kemudian memberinya pada Roland. Baca Juga: Sosok Crazy Rich James Bedford yang Benaran Gokil, Minta Dihidupkan Kembali di Masa Depan
- Gunung Padang adalah situs kuno yang berada di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Keberadaan situs seluas meter persegi ini sempat mengundang perhatian publik beberapa waktu lalu karena diklaim sebagai struktur piramida bagaimana sejarah penemuannya? Baca juga Gunung Padang Bangunan Tertua di Dunia? Sejarah penemuan Gunung Padang Dilansir dari situs Universitas Indonesia, Gunung Padang sebenarnya sudah diketahui keberadaannya ketika ditemukan oleh N. J. Krom. Ia menemukan situs ini pada 1914 silam dan dilaporkan olehnya dalam Rapporten Oudheidkundige Dienst. Pada saat itu, N. J. Krom tidak menyebutkan nama situs yang ditemukan sebagai Gunung Padang. N. J. Krom hanya menyebutkan bahwa dirinya menemukan situs baru yang lokasinya berdekatan dengan Gunung Melati. Dari situlah, Gunung Padang menjadi tempat penelitian, diperbincangkan publik, hingga ditemukan peninggalan purbakala tahun 1979. Penemuan peninggalan purbakala dilaporkan oleh seorang warga dan sejak tahun 1979 penelitian digelar oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Badan tersebut sempat melakukan eksavasi penggalian pada teras 4 dan 5 Gunung Padang. Baca juga Gunung Padang di Cianjur, Punya Situs Megalitikum Terbesar di Asia Tenggara Peninggalan zaman mengalitikum Berdasarkan pengamatan peneliti diketahui bahwa Gunung Padang adalah situs dengan bentuk pundek berundak. Dilansir dari Peta Budaya Belajar Kemdikbud, situs ini adalah peninggalan masa prasejarah, tepatnya zaman megalitikum atau batu bahwa Gunung Padang adalah sisa-sisa dari zaman megalitikum dapat dilihat dari tinggalan bebatuan tempat pemujaan. Tempat pemujaan tetap berdiri tegak sampai sekarang, namun terjadi kerusakan secara internal maupun eksternal pada situs ini. Kerusakan internal Gunung Padang disebabkan oleh tumbuh-tumbuhan liar dan erosi. Sementara kerusakan eksternal disebabkan oleh aktivitas wisata yang tidak terkendali, aksi vandalisme, dan batu yang diduduki atau dipukul. Faktor-faktor tersebut menyebabkan banyak dari batu punden menjadi aus, lepas, miring, retak, patah, bahkan jatuh ke lereng dan kaki bukit. Baca juga Misteri Situs Gunung Padang di Jawa Barat Diungkap dalam Pertemuan AGU Kompleks pundek berundak terbesar di Asia Tenggara Shutterstock/Uskarp Situs Megalitikum di Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat. Dikutip dari Gunung Padang ternyata tercatat sebagai kompleks punden berundak terbesar di Asia Tenggara. Terdapat lima teras pada situs ini yang memiliki ukuran berbeda-beda dan batuannya berasal dari andesit dengan panjang sekitar satu meter dan berbentuk tiang-tiang. Masing-masing teras pada Gunung Padang memiliki fungsi. Salah satunya adalah teras pertama yang tercatat sebagai bagian terluas. Teras pertama tersusun atas batu dengan jumlah batuan paling banyak, tetapi jumlahnya semakin sedikit menuju ke arah atas. Baca juga Situs Gunung Padang, Situs Megalitik Terbesar di Asia Tenggara Klaim piramida tertua Sementara itu, National Geographic melaporkan bahwa klaim Gunung Padang adalah struktur piramida tertua di dunia bermula dari pemaparan peneliti asal Indonesia pada American Geophysical Union tahun 2018. Klaim tersebut didasarkan pada Gunung Padang berbeda dari bukit biasa setelah peneliti melakukan penelitian selama bertahun-tahun. Pasalnya, situs ini memiliki serangkaian struktur kuno yang usia fondasinya sekitar 10 ribu tahun lalu bahkan bisa berusia lebih tua. Peneliti juga menerangkan, lapisan pertama dari Gunung padang usianya sekitar tahun berdasarkan penanggalan radikokarbon. Sedangkan, lapisan kedua dari situs ini usianya sekitar tahun dan lapisan ketika berusia sekitar tahun. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
DaerahCipadangmanah dipilih sebagai lokasi menguburkan senjata-senjata berupa keris, tombak, dan pedang. Hal ini pula menjadi cikal bakal tercetusnya kata Padang Larang yang kemudian berganti menjadi Padalarang. Lokasi Kampung Gantungan tidaklah jauh dari pusat pemerintahan Padalarang, Desa Jaya Mekar.
. 301 330 483 379 209 66 440 8
asal usul pedang di gunung padalarang